Berawal
dari memposisikan diri dan berusaha realistis menghadapi kehidupan selaku
mahasiswa. Financial merupakan salah satu dimensi yang sangat dominan
dikehidupan ini, bahkan sampai-sampai ada yang beranggapan bahwa time is money,
segala-galanya adalah uang dan banyak lagi anggapan-anggapan seputar financial.
Nah,, kemudian apa tanggapan teman-teman mengenai financial? Apakah teman-teman
juga menganggap financial sama dengan yang tadi? Silahkan jawab mumpung
gratis,, heee.
Terlepas
dari anggapan teman-teman, saya ingin berbagi pengalaman dan gagasan kepada
teman-teman seputar financial problem semampu kecakapan penulis. Tapi sebelum
itu marilah sejenak kita merefleksikan diri kita bahwa perihal financial
merupakan hal yang mutlak untuk kehidupan kita sehari-hari.
Sebagai
mahasiswa yang memiliki tiga fungsi (perubah, penyambung dan suri tauladan)
dalam suatu mansyarakat merupakan beban tambahan kita selaku anak dari orang
tua kita masing-masing. Terkadang kita hanya terfokus pada tiga fungsi utama
seorang mahasiswa, sehingga lalai akan tanggung jawab sebagai anak. Orang tua
kita mengharapkan kelak kita memiliki pekerjaan yang layak dengan menyekolahkan
kita setinggi-tingginya. Begitulah orang
tua kita yang hanya melihat hasil dari pendidikan kita, hal tersebut meski kita
bijaki karena kita adalah manusia yang berpendidikan. Harapan dan tumpuan orang
tua bukanlah penghambat dari aktifitas kita, melainkan hal itu adalah stafet
awal kita melangkah. Langkah demi langkah kita lalui, yang nantinya akan
membuat kepribadian menjadi mapan, kemapanan tersebut jua diraih dari jeritan
dan do’a orang tua kita. Sebagai anak kita memiliki tanggung jawab untuk
membanggakan mereka, hal ini karena orang tua kita ingin agar ia tetap abadi.
Keabadian orang tua adalah kesuksesan dan kebahagiaan yang kita rasakan/raih.
Kemelut
yang dihadapi orang tua untuk membiayai kuliah kita tidak semudah membalikkan
telapak tangan, mereka banting tulang untuk memenuhi pembayaran SPP, buku, pakaian
dan lain-lain yang menurutnya adalah kesiapan anda untuk kuliah. Tapi apakah
teman-teman pernah berpikir, bahwa ada fase/waktu tertentu dimana orang tua
mengalami paceklik financial? Sampai-sampai untuk
makan seharipun sangat susah apatah lagi untuk membiayai kalian. Jika apa yang
mereka alami berada pada posisi kalian, saya sendiri tidak menjamin kalau
teman-teman mampu untuk bertahan.
Financial
problem bagaikan dua kutub yang saling berlawanan, terkadang membahagiakan dan
terkadang membahayakan. Hal itu sangat tergantung pada mindset kita
mempersepsikan kehidupan ini. Tapi terkadang tidak bisa kita pungkiri bahwa
lingkungan juga bisa mempengaruhi pendapat seseorang mengenai diri kita.
Pendapat umum menilai bahwa kaya diasosiasikan dengan bahagia, sedang miskin
diasosiasikan dengan bahaya/menderita. Tapi ingat bahwa kebahagiaan maupun membahayakan
(baca: otak reptil) sangat tergantung pada mindset kita mempersepsikan suatu
objek. Ok…!
Perlu
saya tekankan pada teman-teman bahwa yang kita bahas disini pendapat umum saja
karena dasar pertimbangan penulis melihat persepsi itu sangat subjektif makanya
susah untuk dijelaskan. Biarlah yang subjektif itu tetap dalam diri kita
masing-masing sebagai penguat kita menghadapi financial problem.
Ok..!
setelah apa yang kita refleksikan bersama ini mudah-mudahan memiliki hikmah
tersendiri bagi kita. Amin..!
Lantas
masalah finansial bagaimana yang dialami oleh mahasiswa? Tadi saya sudah
menggambarkan salah satu masalah dari finansial mahasiswa meskipun dari segi eksternalnya
dan masih banyak yang ingin saya sampaikan kepada teman-teman dan kali ini
menyangkut financial problem internalnya mahasiswa. Tahu nggak bahwa mahasiswa
memiliki 1001 masalah finansial yang tidak bisa diselesaikan ketika masih
berstatus mahasiswa dan juga berstatus sarjana.? Nanti saya jelaskan secara
garis umumnya saja dimana letak ketidak siapan kita menghadapi dunia ketika
sarjana. (diulas lebih dalam di pembahasan membangun kepercayaan diri dan
kreatifitas).
1. Aktifitas
seorang mahasiswa dan financial problemnya
Teman-teman
masih ingat ngak tulisan saya yang berjudul Dekonstruksi Senioritas
Mahasiswa? Ada tiga kecendrungan seorang mahasiswa, yakni akademisi,
aktifis dan hedonis. Ketiga kecendrungan ini memiliki aktifitasnya tersendiri,
yang tentunya perbedaan cara mereka mengisi waktu luangnya menciptakan karakter
yang mereka anggap sebagai kemapanan. Bisa dikatakan zona nyaman tersebut akan
membuat mahasiswa terpenjara karena tidak menggunakan kreatifitas dan
kepercayaan diri yang lebih.
Terlepas
dari tiga kecendrungan diatas ada
istilah yang menarik dari kalangan mahasiswa itu sendiri, yakni istilah 3 K. K pertama,yakni
kampus: aktifitas-aktifitas yang berkenaan dengan dunia akademik seperti
keilmuan, kreatifitas, dan pembelajaran entah aktifitas intra maupun ekstra
kampus. K kedua, yakni kost: aktifitas-aktifitas yang berkenaan dengan
peristirahatan mereka setelah pulang dari kampus. K ketiga,yakni kakus:
aktifitas-aktifitas yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan primernya yang
sekaligus membuat energy baru seperti makan, minum dan berbelanja.
Dari
istilah 3 K ini masing-masing membutuhkan financial dan ini merupakan problem
mahasiswa untuk melanjutkan aktifitasnya. Bayangkan berapa pengeluaran yang
dibutuhkan seorang mahasiswa yang notabenenya bisa dikatakan tidak memiliki
penghasilan? Emang sich mahasiswa memiliki penghasilan tapiiii,, penghasilan
kiriman tiap bulannya dari orang tua mereka. Terkadang mahasiswa juga dijuluki
dengan PENGANGGURAN yang berpendidikan. Pernah ngak teman-teman kedatangan
tamu dan teman-teman menyiapkan makanan ala kadarnya kepada tamu kalian?
Serentak tamu itu memaklumi karena dalam mindstreamnya, mahasiswa ngak punya
penghasilan. Yaaaah wajar kalau cuman begini, begitu dan seterusnya.
Coba
kita hitung-hitung ada berapa pengeluaran mahasiswa, dimaulai dari Kampus,
ada berapa buku yang teman-teman perlukan untuk kebutuhan wawasan? Ada berapa
ongkos yang dibutuhkan untuk mengurusi aktifitas organisasi ekstra maupun intra
kampus? Ada berapa ongkos yang dibutuhkan ketika mengerjakan tugas seperti
makalah, skripsi dan lain-lainnya? Ada berapa ongkos yang dibutuhkan untuk
pembayaran SPP? Dan masih banyak yang dibutuhkan yang teman-teman alami
sendiri. Kedua Kost, ada berapa ongkos pembayaran kostnya setiap tahun?
Ada berapa ongkos pembayaran listrik setiap bulannya? Ada berapa ongkos untuk
membeli peralatan istirahat yang teman-teman keluarkan? Dan masih banyak
tentunya, yaaaa itu teman-teman sendiri yang tahu. Ketiga Kakus, ada
berapa ongkos makan yang teman-teman belanjakan setiap harinya? Ada berapa
pakaian baru yang teman-teman butuhkan dan ongkosnya berapa? Dan tentunya
kalian lebih tahu kebutuhan yang diperlukan. Coba teman-teman kalkulasi
pengeluarannya teman-teman selama ini ada berapa Rp. …..,..(silahkan di isi
mumpung ada kesempatan, nanti saya bantu managemennya bagaimana!)
Tahukah
teman-teman bahwa otak manusia memiliki 3 kualitas (triune) yang akan
mendorongnya melakukan kesiapan hidup? Otak reptile: biasanya otak reptile ini
disebut sebagai otak jadul (sebenarnya saya yang bilang bukan ilmuwan. heeeee).
Otak Reptile ini merupakan awal evolusi manusia yang hanya berfungsi pada
pengetahuan fisik saja. Sehingga perilaku kita yang berkaitan dengan otak
reptile ini hanya pada putaran mempertahankan hidup dan mengembangkan spesies.
Kedua otak Mamalia: yakni otak yang memiliki tingkat yang lebih
berkualitas, ia mengatur perasaan kita. Fungsinya bersifat emosional dan
kognitif. Yang ketiga Neokorteks: tingkat tertinggi dari otak manusia
dimana ia memiliki dan memberikan pada manusia berupa, kecerdasan, berpikir,
mengambil keputusan dan sebagainya. Waduh saya kewalahan juga nich jelasinnya
secaraaaaa saya kan bukan anak kedokteran. Tapi hal ini saya ketahui ketika
membaca buku-buku yang berkenaan dengan otak, diantaranya Quantum Learning,
belajar cerdas belajar berbasis otak karya jalaluddin rakhmat, 7 keajaiban
rezeki karya ippho santosa. Dan masih banyak deeeeeh.. maklumi aja saya menulis
ini hasil ingatan juga sich.heeeee… oh
iya bagi teman-teman yang sering belajar filsafat islam otak yang kayak ginian
nich bisa teman-teman ketahui dan pahami dengan mudah kalau teman-teman tahu
tentang persepsi indra, khayal dan akal. Penulis takjub dengan filosof kita…
ok…! Kayaknya ada yang tidak beres nich? Apa yaaaa? Oooooooh ternyata yang kita
bahas kali ini adalah mahasiswa dan financial problem. Trussss apa kaitan
antara otak triune manusia dan financial problem mahasiswa?
Sekedar
mencocok-cocokan.heeee.. cocoklogy man
Mahasiswa
yang tidak memiliki penghasilan adalah ia yang hanya menggunakan otak
rerptilnya saja. Bahwa ia telah mengungkung kepercayaan dirinya dan
kreatifitasnya dalam mempersiapkan kehidupannya kelak. Ada berapa senior-senior
kita yang sarjana tidak memiliki pekerjaan? Hal ini terjadi karena ia tidak
pernah mengasah kemampuannya (baca tulisan saya the secret of read) dalam hal
financial. Ia berada pada zona nyaman kiriman orang tua. Sehingga ketika lulus
kaget dengan dunia pekerjaan. Penulis tidak mengelak bahwa organisasi intra
maupun ekstra kampus bisa membantu tumbuhnya kepercayaan diri dan kreatifitas.
Tapi bagi penulis itu tidak cukup. Terkadang idealitas mahasiswa diruntuhkan
oleh UANG, jujur saya mengutuk mahasiswa seperti ini. Seringkali aksi
demonstrasi yang biasa dilakukan mahasiswa tidak lagi murni suara RAKYAT
tapi suara BIROKRAT. Yaaaaaa kalian tahu sendiri lah, siapa diantara
kalian yang begini. Bukan berarti saya menolak demonstrasi, bahkan menurut
penulis itu yang mesti kita pertahankan (meskipun penulis tidak pernah ikut
demo.. heee).
Salah
satu alasan penulis mengenggap hal demikian tidak cukup, itu karena atas dasar
pertimbangan pengamatan penulis. Sedikit berbagi pengalaman kepada teman-teman
mengenai organisasi yang saya geluti. Saya aktif di organisasi ekstra kampus
HMI (Himpunan Mahasiswa Islam). Saya ingat betul waktu kami ingin mengadakan
secret untuk tempat kami berekspresi, Kami tidak memiliki dana untuk pengadaan
secret, jalan yang kami temukan adalah membuat proposal agar secret bisa kami
dapatkan. Tahulah proposal itu tujuannya bagaimana. Nah pada saat itu saya
mengecam teman-teman, dengan tegas saya mengatakan APA PERBEDAAN KALIAN DENGAN
PENGEMIS? Tidak… saya tidak sepakat dengan ini… tapi lama kelamaan saya punya
saran kepada teman-teman. Saya bilang ke teman-teman bagaimana kalau kita
membuat tulisan untuk kita jual ke dekan dan stafnya. Alhamdulillah karena itu
kami dapatkan secret bahkan bisa membuat kegiatan pemilihan ketua komisariat
dan rakernya. Kalau teman-teman minat dengan tulisan (bulletin sudah 3 kali
terbit) kami, HMI kom. Ushuluddin dan Filsafat, teman-teman silahkan kontak
kami di nomor 081343636616 atas nama Busman Arifin, 085242078710 atas nama M.
Fadli. Dan 085341939283 atas nama Dian Andriawan. Heeeeee kesempatan iklan..
asyiiiiiik…!
Dari
pengalaman ini saya menganggap bahwa terkadang kegiatan organisasi bisa
terhambat, salah satunya karena tidak memiliki dana. Sering kali
organisasi-organisasi mengandalkan PROPOSAL dalam menyelesaikan permasalahannya,
yang pada akhirnya mereka tidak menyadari bahwa dengan begitu mereka
merendahkan dan mengungkung kreatifitasnya. Pernah nggak teman-teman mendengar
plesetan mengenai proposal? Yang itu… bahwa yang ditakutkan pemerintah adalah
proposal. Ayo ngaku sering kan canda-canda gitu?
Bagaimana
teman-teman masih merasa senang di zona nyaman?
Ok
lah kalau gitu… kali ini saya akan membantu teman-teman meskipun hanya lewat
tulisan yang sangat sederhana ini. Dengan kemampuan penulis yang sangat minim
ini, saya ingin memperlihatkan kepada teman-teman betapa pentingnya
menyelesaikan financial problem kita.
2. Membangun
kepercayaan diri dan kreatifitas
Telah penulis paparkan ketidak cukupan aktif di
organisasi intra maupun ekstra kampus untuk mengembangkan kepercayaan diri dan kreatifitas.
Lantas apa yang kita butuhkan untuk mendapatkan kepercayaan diri dan
kreatifitas yang lebih? Tidak usah terburu-buru jawabnya, dengan pertanyaan
tadi. Ok..?
Bisa dikatakan bahwa tujuan kita disekolahkan orang
tua kita, agar kelak kita mendapatkan pekerjaan yang layak dan mendapatkan gaji
yang setimpal. Dengan bersekolah setinggi-tingginya maka peluang untuk
mendapatkan pekerjaan lebih mudah. Hanya saja terkadang banyak diantara sarjana
baru yang tidak siap dengan dunia kerja yang memiliki syarat, aturan dan
kebijakan tertentu sesuai dengan keinginan instansi/perusahaan, hal tersebut
karena adanya kesenjangan antara apa yang dilakukan selama kuliah dan dunia
pekerjaan/berbisnis itu sendiri. Dibangku kuliah, penilaian lebih banyak
ditekankan pada keberhasilan menguasai teori yang dibuktikan dengan nilai hasil
ujian yang tinggi, sedang dunia kerja lebih mengutamakan aplikasi dan nilai
kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai teori. Sedikit gambaran
mengenai hal ini, coba teman-teman ingat semasa SMU apa yang teman-teman
rasakan perbedaannya dengan masuk kuliah, Ada nggak kesenjangan diantara
keduanya.? Kalau saya pribadi keduanya memiliki kesenjangan. Nah hal inilah
yang menjadi faktor sehingga ketidak siapan sarjana muda menghadapi dunia yang
realistis. Kebutuhan manusia akan uang tidak bisa kita sepelekan. Belum lagi
ketika kalian ingin menikah pasti membutuhkan kesiapan mental maupun materil. Bukan
berarti penulis men-tuhan-kan uang, tapi sekali lagi penulis mengawali tulisan
ini karena memposisikan diri dan berusaha realistis menghadapi kehidupan selaku
mahasiswa yang notabenenya membutuhkan uang dalam kebutuhan sehari-hari. tidak
usahlah saya jelaskan ulang yang 3 K. ok..?
Sedikit saya bercerita kepada teman-teman mengenai
hal diatas. Sebut saja namanya Hamka, ia adalah mahasiswa yang sangat cerdas
dan rajin. Aktifitasnya membaca buku, mengerjakan tugas kuliah, sarjana tepat
waktu. Ia pun aktif di organisasi intra maupun ekstra kampus bahkan dikedua
organisasi yang ia geluti itu ia pernah menjadi pionir/ketua organisasinya. Ia
banyak mengetahui teori-teori dan bahkan sapaan akrabnya Prof Hamka.
Dalam benaknya meningkatkan kualitas diri
(sebenarnya nilai/IPK tinggi) maka ia akan dengan mudah medapatkan pekerjaan.
Ia seorang lulusan filsafat. Ia pun sering menjadi pembicara ketika ada
seminar-seminar. Ahhhhh pokoknya hebatlah… singkat cerita, diawal kelulusannya
menyandang gelar sarjana filsafat ia merasa asing dengan keadaan dunia baru
yakni dunia pekerjaan/perusahaan. Berbulan-bulan setelah lulus dia tidak
memiliki pekerjaan, sampai pada akhirnya ia bekerja di perusahaan yang bernama
PEGADAIAN, yang itu tuh.. mengatasi masalah tanpa masalah.heeee
Hamka tidak diterima di perusahaan/instansi
pemerintahan karena dia tidak lulus tes wawancara dan psikotes. Ia rela
menerima pekerjaan itu, meskipun tidak sesuai dengan jurusannya karena hanya
ingin menghilangkan rasa malunya. Yaaaa supaya tidak dikenal sebagai
pengangguran.
Sangat jelas jika kesenjangan dunia perkuliahan dan
dunia pekerjaan/perusahaan sangat jauh, akan menimbulkan efek yang fatal bagi
kita sendiri. Agar kesenjangan dunia perkuliahan dan dunia kerja/bisnis tidak
mengalami kesenjangan yang jauh, maka ada baiknya kita memulai
bekerja/berbisnis semenjak masih kuliah.
Tidak ada salahnya mencuri start dari teman-teman
yang lain, bahkan dengan memilih jalan ini kita akan mengasah kemandirian/kepercayaan
diri dan kreativitas. Mandiri karena mampu menghidupi kebutuhannya sendiri
tanpa bergantung pada orang tua, apalagi bergantung pada orang lain. Ingat,
ketergantungan pada orang lain lambat laun akan meruntuhkan harga diri.
Sementara itu, kreativitas akan tumbuh karena dalam membangun usaha pasti akan
ditemukan berbagai masalah dan rintangan, nah.. untuk menyelesaikan keduanya
dibutuhkan sikap kreatif.
Menjadi
Mahasiswa Mandiri dan Kreatif
1. Usaha
atau Kerja?
Khusus
pembahasan ini saya akan mengulas secara singkat buku 7 Keajaiban Rezeki
karya Ippho Santosa, alasannya sederhana karena saya terkesima terhadap
ippho santosa, bagaimana dia menjelaskan keajaian-keajaiban rezeki dengan
sentuhan islami. Di buku tersebut ippho menegaskan bahwa bukunya itu hanya
memperlihatkan bagaimana metode untuk mendapatkan rezeki dengan cepat.
Hal
yang paling menarik yang penulis dapatkan karena ia dengan gamblang menjelaskan
rezeki dengan pendekatan bagian otak manusia, yakni belahan kiri dan kanan.
Sedikit informasi bagi teman-teman yang tidak terbiasa tengan pembahasan otak
manusia, bahwasanya belahan otak kiri maupun kanan kita memiliki fungsi
masing-masing yang memengaruhi kita entah itu sadar atau tidak sadar. Dualisme otak
inilah yang membuat manusia sering berfikir serba biner. Kiri-kanan,
kalah-menang, lambat-cepat dan lain-lain.
Sejak
1810 Joseph Gall telah menemukan bahwa pusat pikiran dan perasaan
manusia itu berada di otak. Bukan di hati atau di jantung. Sampai sekarang
pakar-pakar meng-amin-kan temuan tersebut. Kolom di bawah ini memperlihatkan
perbedaan belahan otak kiri dan belahan otak kanan.
Otak kiri
|
Otak kanan
|
Rasional, terkait IQ
|
Emosional, terkait SQ
|
Kognitif, logis
|
Afektif, intuitif
|
Realistic, analistik
|
Imajinatif, artistic
|
Kuantitaif, aritmatik
|
Kuaalitatif, spasial
|
Serial, linear
|
Parallel, lateral
|
Terencana, kausal
|
Tak terencana, impulsive
|
Segmental, focus
|
Holistic, difus
|
Verbal, eksplisit
|
Visual, implisit
|
Intrapersonal, self-centric
|
Interpersonal, other-centric
|
Motorik kanan
|
Motorik kiri
|
Ippho
Santosa mengkalasifikasikan bahwa pekerjaan dan usaha/berdagang
itu adalah sesuatu yang berbeda. Pekerjaan identik dengan orang yang dominan
otak kirinya, sedang usaha/berdagang itu identik dengan orang yang dominan otak
kanannya. Bisa dikatakan orang-orang yang memiliki orientasi untuk bekerja, ia
harus mengikuti prosedur, aturan dan
kebijakan perusahaan atau instansi. Bahasa sederhananya ya’ bawahan.
Menurutnya orang-orang seperti ini adalah orang yang suka diatur-atur alias
cara berfikirnya sistematis. Heeee
Tahukah
teman-teman bahwa sekitar 80 sampai 85 persen adalah orang-orang yang dominan
otak kirinya sedang sisanya orang yang dominan otak kanannya.? Tahukah
teman-teman bahwa orang yang sukses lebih sedikit daripada yang pas-pasan?
Yaaaah bisa dibilang orang yang kreatif itu hanya sedikit.
Teman-teman
silahkan pilih mau yang mana?
Saya
yakin teman-teman pasti lebih memilih untuk usaha ketimbang bekerja. Lagian
sebagai mahasiswa kita diharuskan untuk berktifitas yang tidak mengganggu
perkuliahan. Jika bekerja, banyak waktu yang kita sia-siakan dan tidak
produktif untuk diri kita sendiri. Coba teman-teman amati tempat-tempat yang
menyediakan karyawan, ada berapa waktu setiap harinya yang harus kita penuhi? 8
jam,, yaaa 8 jam, itu adalah waktu yang normal bagi pekerja. Setelah
teman-teman memilih untuk menjadi wirausahawan, ada empat sifat utama atau
kebiasaan yang diperlukannya, yakni Mandiri, Prestatif, Swakendali
dan Bisa Melihat Peluang. Intinya pengalaman/pengembangan diri dan
kreatifitas.
2. Management
Dari
keempat sifat yang kita butuhkan ini saya sudah menjelaskan secara panjang
lebar 2 poin diantaranya yakni mandiri dan prestatif. Dua poin
lainnya(swakendali dan melihat peluang) itu berkenaan dengan managemen kita.
Saya pisahkan pembahasan itu agar lebih mudah dimengerti.
Pada
pembahasan ini saya merujuk pada 2 buku yang menurut saya perlu saya bagikan
kepada teman-teman. Buku tersebut kuliah kelar bisnis lancar karya Rudi
H. Paeru dan Juwita R dan mengubah hutang menjadi kekayaan karya
malahayati. Masing-masing dari buku ini memperlihatkan saya pada managemen
waktu dan keuangan. Meskipun penjelasan dari buku itu masih sangat sederhana
penulis menganggap bahwa inilah yang paling efektif untuk kita lakukan sebagai
pemula.
Kebanyakan
dari kita sangat minim akan pengetahuan mengenai management, termasuk saya
sebelumnya. Maksudnya sebelum membaca keduaa buku itu. Secara mendasar
taman-teman tahu dulu tentang LEAD, yaitu list, estimate, allow dan
decide.
List
(daftarkan): Terlebih dahulu daftarkan semua kegiatan ataupun
kebutuhan(keuangan) teman-teman kalau bisa jangan ada yang terlewatkan. Masalah
list ini teman-teman bisa membuatnya dalam bentuk perhari, ataupun perminggu
dan bahkan pertahun.
Estimate
(perkiraan): Perkirakan waktu dan pengeluaran yang teman-teman anggap
memungkinkan untuk dilakukan/diselesaikan.
Allaw
(berikan): Usahakan berikan waktu tenggang diantara aktifitas yang teman-teman
lakukan dan berikan modal kaget karena tidak jarang waktu dan uang yang kita perkirakan
justru tidak cukup.
Decide
(putuskan): setelah semua rencana tersusun, putuskan mana diantaranya yang
lebih di prioritaskan.
Perhatikan
kolom dibawah ini.
KETERANGAN
|
PENTING
|
KURANG PENTING
|
MENDESAK
|
KUADRAN I
|
KUADRAN II
|
KURANG MENDESAK
|
KUADRAN III
|
KUADRAN IV
|
Masalah
kolom diatas sangat membantu kita untuk menentukan skala prioritas dan mana
yang mesti kita dahulukan. Teman-teman perlu ingat bahwa management ini bisa
berlaku pada waktu, uang, pengembangan modal cita-cita atau apalah yang
menyangkut kehidupan teman-teman.
Ø Kuadran
I (mendesak dan penting): hal yang paling di dahulukuan/ segera di tangani
Ø Kuadran
II (mendesak dan kurang penting): kecermatan kita menemukan cara dan efisien
untuk kegiatan.
Ø Kuadran
III (kurang mendesak dan penting): masalah ini harus kita lakukan terus menerus
karena terkadang jika kita lakukan hal ini selama terus-terusan maka ia akan
menjadi kuadran pertama.
Ø Kuadran
IV (kurang mendesak dan kurang penting): masalah ini saya rasa tidak usahlah
teman-teman lakukan karena hanya membuang-buang tenaga.
Yaaaa
seperti inilah yang meski kita ketahui bersama bahwa menentukan skala prioritas
membutuhkan kemampuan dan kecermatan yang lebih.
Kemudian
apa yang meski kita lakukan sekarang?
Cari
bisnis yang tidak menyita waktu teman-teman sehingga teman-teman masih memiliki
waktu luang untuk belajar. Ingat belajar…belajar… dan belajar… itu skala
prioritas yang utama.
Cara
Melihat Peluang.
Saya
mengetahui cara menerapkan melihat peluang ketika mengikuti INTERMEDIT HMI. CAB.
PANGKEP. Materinya itu berjudul IDIOPOLITORSTRATAK, teman-teman silahkan
baca tulisan saya ANALISIS SWOT YANG MASIH LEMAH. Untuk bisa
melihat peluang perlu kiranya kita mengenali diri dan kenali diluar diri kita.
Teman-teman pasti taulah siapa ahli straegi perang china? Sun Tsu yang itu The
Art Of War. Perhatikan kolom dibawah ini!
INTERNAL
|
EKSTERNAL
|
KEKUATAN
|
PELUANG
|
KELEMAHAN
|
HAMBATAN
|
Jika
teman-teman mengetahui keempatnya secara pasti kemungkinan akan gagal itu akan
minim. Sebenarnya saya tidak terlalu sepakat dengan analisis swot ini hanya
saja pertimbangan bahwa penulis melihat sebagai awal itu tidak jadi masalah.
Saya pernah membaca dibukunya ippho mengenai analisis swot ternyata akhir-akhir
ini pakar-pakar cenderung mengotak-atik analisa menjadi analisis TOWS, yang
mana tumpuannya pada masa depan dan aspek eksternal ketimbang analisis SWOT
yang tumpuannya pada masa sekarang dan segi eksternal. Tapi jujur nih, sebelum
membaca bukunya ippho saya sendiri sudah punya analisis dan ternyata sama dengan
para pakar itu.. ternyata saya hebat juga yach? Haaaaa
Kembali
ke analisis SWOT. Teman-teman tidak usah khawatir dibantah bukan berarti tidak
bisa di terapkan. Yaaaa sederhananya kita butuh dulu motivasi instrinsik
setelah itu motivasi ekstrinsik. Saya melihat bahwa memposisikan diri akan
kemampuan sangatlah dibutuhkan. Jika sekiranya teman-teman hanya melihat aspek
sekarang dan internal saja, bagi penulis itu tidak jadi masalah. Kan
teman-teman akan bosan juga kalau hanya itu, nah pada saat bosan pasti
teman-teman akan melangkah ke tahap selanjutnya yakni ke aspek masa depat dan
eksternal. Saya tidak akan menjelaskan lebih panjang mengenai analisis swot itu
sendiri, karena terlalu teoritis. Tetapkan saja apa kemampuan maupun
kelemahannya teman-teman dan ada nggak kesempatan maupun hambatannya untuk
mencapai tujuannya teman-teman. Minimal ketika mengetahui itu semua akan ada
cara yang teman-teman tersendiri miliki dari keadaan yang teman-teman hadapi.
Yaaaah kalian kan bukan anak kecil. Heee
Dari
buku-buku yang saya baca mengenai bisnis, saya selalu menemukan dalam buku
tersebut kiat-kiat untuk memulai usaha dan usaha apa yang kita inginkan. Tapi
lewat tulisan yang sederhana ini, saya tidak akan menuliskan hal tersebut ke
teman-teman. Saya cukup memberikan gambaran saja dari apa yang saya lakukan.
Misalkan saya memiliki kemampuan menulis dan membawakan materi. Pasti saya akan
mencari peluang untuk mendapatkan usaha dari kemampuan/kekuatanku yakni dengan
cara mengumpulkan semua tulisan saya menjadi buku dan saya akan jual ke orang
yang berminat. Adapun menjual-jual krupuk keliling itu adalah selingan untuk
mendapatkan uang yang lebih. Saya tidak merasa membuang-buang waktu ketika
membawa kerupuk saya, justru saya melatih kemampuan berkhayal ketika diatas motor
dan mendapatkan inspirasi baru ketika melihat kios-kios. Nah sekarang cari tahu
kemampuan teman-teman itu dimana dan gunakan kemampuan teman-teman,
sering-seringlah melatih kreatifitas dan kepercayaan dirinya teman-teman, agar
tidak terjadi kesenjangan yang jauh ketika teman-teman sudah lulus/sarjana.
Ingat financial tidak bisa kita sepelekan karena ia merupakan salah satu
dimensi kehidupan.
Bagi
saya uang bukanlah segala-galanya, tapi dengan mendapatkan kebutuhan
sehari-hari harus dengan uang kalau tidak mencuri namanya…heeeee
Aktifitas
yang saya lakukan adalah mendahulukan cita-cita saya, memiliki usaha di masa
kuliah hanyalah latihan agar tidak mengalami kesenjangan dan kaget menghadapi
dunia yang realistis ini. Minimal financial problem bukan lagi problem yang
menakutkan.
Sebenarnya
pada kesempatan ini saya ingin memberikan informasi kepada teman-teman bahwa
tulisan ini berat bagi saya untuk saya terbitkan karena sampai sekarangpun
penulis belum bisa dikatakan sebagai orang sukses. Secaraaaaa hanya jualan
krupuk saja penghasilannya itu pas-pasan. Jujur saya hanya ingin berbagi
pengetahuan kepada teman-teman dari buku yang saya baca dan sedikit pengalaman
yang penulis alami. Teman-teman silahkan baca tulisan saya yang berjudul The
Secret Of Read (rahasia membaca). Penulis memiliki cita-cita sebagai PENULIS
DAN DOSEN. Saya teringat dan kagum dari apa yang dikatakan oleh Mulla
Shadra (filsuf muslim) bahwa “PENULIS ADALAH IA YANG MEWUJUDKAN
PEMBICARAAN”. Saya ingin ditemani untuk berdiskusi, haus akan khazanah kekayaan
islam. Sayapun teringat dengan kata-kata Ippho Santosa bahwa “KETIKA
KEINGINANMU SELARAS DENGAN SEKITARMU/LINGKUNGANMU MAKA KEINGINANMU AKAN
BERSAYAP”. Jujur awal mula saya ingin menjadi penulis/rajin menulis, waktu itu
saya merasakan bahwa disekitarku tidak peduli denganku, saya merasa hidup di
kehidupan ini terasa diabaikan, hingga pada waktu itu saya bertanya kepada
seniorku, namanya itu kanda Nur Ramadhan Laudhu (Ka’ Ragend) dengan apa yang
saya rasakan saat ini. Dengan bijaknya ia berkata De’ SEMUA MANUSIA AKAN PERNAH
MERASAKAN BAHWA IA DALAM KEADAAN TERPURUK (ia kutip dari perkataannya Kang
Jalal). Mungkin karena beliau adalah guru saya, sayapun akhirnya semangat lagi.
Waktu itu bertepatan dengan seringnya saya membuat diary sayapun menulis di
diaryku tepatnya hari kamis tanggal 27 Januari 2011 “KETERPURUKAN TIDAKLAH
MEMBUATMU TERSINGKIR DARI KEHIDUPAN INI, MELAINKAN KARENA KETERPURUKAN YANG KAU
SADARI INI YANG MEMBUATMU BANGKIT DAN AKAN MENGANTARMU PADA KESUKSESAN. Ingat
PIJAKAN DARI KESUKSESAN ADALAH KESADARAN” bukan KEGAGALAN. Alahamdulillah dari
yang suka DISKUSI menjadi suka MENULIS. Itulah salah satu kebangkitanku, bukan
keterpurukan. Sebanarnya kerena ditenangkan dengan kata-katanya ka’ ragend.
Heeeee… Jadi terharu nulisnya.
terima kasih….
terima kasih….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar